Daftar Slot Onlinejoker123esports indonesiaSBOBETpoker onlinesbobet88
Sejarah Kerusuhan 13 Mei 1998, Bukti Kelam Bangsa Indonesia

Kerusuhan Mei 1998, Sejarah Kelam Bangsa Indonesia

peristiwa mei 1998

Pernah mendengar tentang sejarah paling kelam negeri Indonesia, kerusuhan Mei 1998? Yap, tak mungkin satu orang pun di negeri ini tak mengenal apa itu sejarah kerusuhan Mei 1998.

Kejadian ini merupakan salah satu kejadian paling mengerikan yang pernah terjadi di Indonesia khususnya pada mei 98. Kerusuhan utama terjadi di Medan, Jakarta, dan Surakarta.

Lalu, apa yang menjadi latar belakang kerusuhan ini dan siapa kah dalang kerusuhan Mei 1998?

Sejarah Kerusuhan Mei 1998

Youtube: KOMPASTV

Kerusuhan Mei 1998 adalah kerusuhan rasial terhadap etnis Tionghua yang terjadi di Indonesia pada 13 Mei – 15 Mei 1998, khususnya di Ibukota DKI Jakarta.

Namun, ada juga terjadi di beberapa daerah lain seperti Medan dan Surakarta. Kerusuhan ini diawali oleh krisis finansial asia yang dipicu oleh tragedy Trisakti di mana empat mahasiswa Universitas Trisakti ditembak dan dibunuh dalam demonstrasi 12 Mei 1998.

Hal ini juga yang mengakibatkan penurunan jabatan presiden Soeharto dan berganti dengan pelantikan B.J. Habibie.

Kronologi Kerusuhan Mei 1998

Kronologi kerusuhan mei 98

Pada kerusuhan ini banyak toko dan perusahaan yang dihancurkan oleh amuk massa. Kebanyakan massa berasal dari pribumi Mei 1998. Namun, ada juga pribumi yang tak ikut menghancurkan tanah airnya sendiri.

Kebanyakan toko dan perusahaan yang diamuk dan dijarah adalah milik warga Indonesia keturunan Tionghoa.

Ada ratusan wanita keturunan Tionghoa yang diperkosa dan mengalami pelecehan seksual dalam kerusuhan tersebut.

Sebagian bahkan diperkosa beramai-ramai, dianiyaya secara sadis, kemudian dibunuh. Dalam kerusuhan tersebut, banyak warga Indonesia keturunan Tionghoa yang meninggalkan Indonesia.

Tak hanya itu, bahkan ada seorang aktivis relawan kemanusiaan yang bergerak di bawah Romo Sandyawan bernama Ita Martadinata Haryono yang masih seorang siswi SMU berusia 18 tahun diperkosa, disiksa, dan dibunuh karena aktivitasnya.

Ini menjadi suatu indikasi bahwa kasus pemerkosaan dalam kerusuhan ini digerakkan secara sistematis, tak hanya sporadic.

Pemberontakan Yang Mengincar Etnis dan Ras Tertentu

gambar kerusuhan 98

Amuk massa membuat para pemilik toko di kota-kota tersebut ketakutan dan menulis di muka toko mereka dengan tulisan “Milik Pribumi” atau “Pro-Reformasi” karena penyerang hanya focus ke orang-orang Tinghoa.

Beberapa dari mereka tidak ketahuan, namun ada juga yang ketahuan bukan milik pribumi. Sebagian masyarakat mengasosiasikan peristiwa ini dengan peristiwa Kristallnacht di Jerman pada tanggal 9 November 1938.

Saat itu, terjadi penganiyaan terhadap orang-orang Yahudi dan berpuncak pada pembunuhan massal yang sistematis atas mereka di hampir seluruh benua Eropa oleh pemerintahan Jerman Nazi.

Bertahun-tahun berikutnya Pemerintah Indonesia belum mengambil tindakan apapun terhadap nama-nama yang dianggap sebagai kunci dari peristiwa Kerusuhan Mei 1998.

Pemerintah mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan bahwa bukti-bukti konkret tidak dapat ditemukan atas kasus-kasus pemerkosaan tersebut, namun pernyataan tersebut dibantah oleh banyak pihak.

Sebab dan alasan kerusuhan ini masih banyak diliputi oleh ketidakjelasan dan kontroversi sampai sekarang.

Namun umumnya masyarakat Indonesia secara keseluruhan setuju bahwa peristiwa ini merupakan sebuah lembaran hitam sejarah Indonesia, sementara beberapa pihak, terutama pihak Tionghoa, berpendapat ini merupakan tindakan pembasmian (genosida) terhadap orang Tionghoa.

Walaupun hal ini masih menjadi kontriversi apakah tragedi Mei 1998 merupakan sebuah peristiwa yang disusun secara sistematis oleh pemerintah atau perkembangan provokasi di kalangan tertentu hingga menyebar ke masyarakat.

Pengusutan dan Penyelidikan

tim gabungan pencari fakta

Tak lama setelah kejadian Mei 1998 berakhir, dibentuklah Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) untuk menyelidiki masalah ini. TGPF mengeluarkan sebuah laporan yang disebut “Laporan TGPF”.

Mengenai pelaku provokasi atau dalang kerusuhan Mei 1998 yang melakukan pembakaran, penganiayaan, dan pelecehan seksual, TGPF menemukan bahwa terdapat sejumlah oknum yang berdasar penampilannya didguga berlatar belakang militer.

Sebagian pihak berspekulasi bahwa Pangab saat itu (Wiranto) dan Pangdam Jaya Mayjen Sjafrie Sjamsoeddin melakukan pembiaran atau bahkan aktif terlibat dalam provokasi kerusuhan ini.

Pada 2004 Komnas HAM mempertanyakan kasus ini kepada Kejaksaan Agung namun sampai dengan 1 Maret 2004 belum menerima tanggapan dari Kejaksaan Agung.

Pada bulan Mei 2010, Andy Yentriyani, Ketua Subkomisi Partisipasi Masyarakat di Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), meminta agar dilakukan amandemen terhadap Kitab Undang-undang Hukum Pidana.

Menurutnya, Kitab UU Hukum Pidana hanya mengatur tindakan perkosaan berupa penetrasi alat kelamin laki-laki ke alat kelamin perempuan.

Namun pada kasus Mei 1998, bentuk kekerasan seksual yang terjadi sangat beragam. Sebanyak 85 korban saat itu (data Tim Pencari Fakta Tragedi Mei 1998), disiksa alat kelaminnya dengan benda tajam, anal, dan oral.

Bentul-bentul kekerasan tersebut belum diatur dalam pasal perkosaan Kitab UU Hukum Pidana.

Itulah bagaimana sejarah kerusuhan Mei 1998 yang pernah terjadi di Indonesia. Sayangnya, kejadian ini belum diselesaikan sampai ke hukum.

Padahal, jika  hal ini tak segera ditangani, pelaku yang melakukan penjarahan, pemerkosaan, dan pembunuhan tersebut tak akan jera dan akan terus melakukan hal tersebut karena mereka menganggap pemerintah membenarkan perilaku mereka.

Dimana, banyak wajah dari para pelaku yang terekam kamera dan masuk ke TV. Namun tetap tak ditangkap dan tetap bisa berkeliaran.

Terlebih lagi, ujaran kebencian mudah menyebar sekarang, modus yang sama dengan Mei 1998. Hal ini tentu saja masih mengancam etnis Tinghoa dan tak menjamin bahwa hal ini tak bisa terjadi lagi.

Kesimpulan

Semoga artikel ini bermanfaat dan bisa mengingatkan kita terhadap sejarah kelam Indonesia yang dilakukan oleh warga negaranya sendiri sehingga kejadian kerusuhan Mei 1998 ini tak terulang lagi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *