Daftar Slot Onlinejoker123esports indonesiaSBOBETpoker onlinesbobet88
Kesenian Ondel-Ondel terhadap Zaman Sekarang

Kesenian Ondel-Ondel terhadap Zaman Sekarang

Kesenian Ondel-Ondel terhadap Zaman Sekarang – Beberapa hari yang lalu kota Jakarta merayakan kembali tahunnya yang ke-495. Sudah memadai tua untuk jadi saksi hidup didalam lebih dari satu momen yang terjadi. Salah satunya perihal kesenian yang jadi ciri khas kota tersebut, yakni ondel-ondel. Banyak pro dan kontra perihal ondel-ondel yang digunakan sebagai medium untuk pengamen jalanan. Ondel-ondel merupakan figur atau ikon kesenian kota Jakarta yang kudu dijaga kemurniannya. Lalu bagaimana terkecuali ikon kesenian kota Jakarta itu digunakan oleh para pengamen jalanan?

Sebelumnya, kami kudu paham khususnya dahulu bagaimana sejarah perihal ondel-ondel tersebut. Pada laman Kemendikbud dan Kebudayaan betawi yang saya kunjungi, ondel-ondel kerap diarak keliling kampung oleh para masyarakat Betawi untuk menolak bala, seperti menangkal wabah dan problem makhluk tak kasat mata yang berada di daerah tersebut.

Kemudian, masyarakat Betawi pernah menyebutnya “Barongan”, bukan ondel-ondel yang seperti kami paham sekarang. Entah sejak kapan perubahan nama berasal dari “Barongan” ke ondel-ondel dimulai.

Ondel-ondel merupakan boneka yang berpasangan. Boneka laki-laki umumnya dilukiskan bersama muka berwarna merah ditambah kumis hitam yang tebal, menandakan bahwa laki-laki Betawi kudu punya sikap keberanian, kewibawaan, dan gagah. Sedangkan boneka perempuan dilukiskan bersama muka berwarna putih dan bibir yang merah merona, menandakan bahwa perempuan Betawi punya kecantikan dan bisa melindungi kesucian. Namun, umumnya warna muka terhadap ondel-ondel kerap dikaitkan bersama warna bendera Indonesia, untuk menandakan bahwa kesenian ondel-ondel berasal berasal dari negara Indonesia.

Baca juga: Soto Pak Sholeh, Tempat Makan Enak Legendaris Favorit Artis

Pada kala ini, rasanya ondel-ondel punya citra yang tidak baik di mata masyarakat, gara-gara adanya ondel-ondel jalanan. Pemprov DKI yang udah mengeluarkan aturan sehingga ondel-ondel tidak dijadikan media bagi pengamen didalam melacak nafkah, akan namun senantiasa saja kerap dijumpai lebih dari satu ondel-ondel jalanan. Mereka berkeliling memanfaatkan musik digital yang diputar lewat pengeras nada bersama volume yang memadai besar, disertai bersama tarian yang terkesan liar, gara-gara mengganggu para pengguna jalur lain.

Awalnya saya melihat ondel-ondel jalanan akan punya efek yang positif ke depannya, seperti melestarikan kesenian tradisional. Namun, gara-gara para pengamen atau pelakunya yang asal-asalan dan tidak bertanggung jawab didalam memainkan ondel-ondel tersebut, justru akan menyebabkan kerusakan kemurnian terhadap kesenian ondel-ondel yang udah ada sejak dahulu. Kebanyakan para pengamen berikut tetap menginjak usia remaja, lebih-lebih anak-anak yang tetap polos dan belum paham mana benar atau salah. Para oknum yang menyewakan ondel-ondel menganggap tidak terlampau perlu terhadap siapa ondel-ondel berikut disewakan.

Mereka cuma memedulikan keuntungan bersifat duwit yang didapat dikala ondel-ondel berikut disewakan.

Semoga bersama adanya aturan yang dikeluarkan oleh Pemprov DKI bisa mengembalikan citra baik kesenian ondel-ondel, dan juga meminimalisir para pengamen atau pelaku yang tidak bertanggung jawab terhadap kesenian tradisional itu. Kemudian, para oknum penyewa ondel-ondel bisa mengklasifikasikan atau mengkategorikan siapa saja yang berhak memanfaatkan ondel-ondel yang udah jadi ikon kota Jakarta tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *