Kesenian Singa Depok Asal Subang – Masyarakat Sunda terkenal sekali memiliki banyak kesenian yang unik dan sudah melekat. Salah satunya adalah kesenian singa depok atau gotong singa. Lahirnya kesenian singa Depok ini lewat warga Subang, dahulu singa depok sebagai bentuk sindiran pada Belanda dan Inggris pada masa penjajahan.
Perkembangan
Kesenian berikut memiliki latar histori yang kental. Semua bermula pada masa penjajahan th. 1812 kota Subang dikuasai oleh Belanda. Namun singa Depok baru dibentuk oleh para seniman kota Subang th. 1975. Bentuk singa adalah bentuk sebagai rasa inginkan balas dendam lewat kesenian. Dengan seiringnya pertumbuhan zaman singa Depok ini sebagai lambang yang menarik pada kota Subang, dan sudah mengangkat derajat penduduk Subang. Kini singa Depok konsisten berkembang sampai saat ini. Kesenian singa Depok biasa digunakan untuk acara khitanan, pernikahan, dan misalnya kehadiran tamu besar.
Dahulu cuma ada kira-kira 200 bentuk singa saja yang dibuat. Tapi kini lebih-lebih tiap desa memiliki bisnis sewa singa Depok. Singa Depok sendiri terbuat berasal dari kayu yang dibikin menyerupai singa yang buas seperti boneka yang besar, lebih-lebih saat ini tidak cuma bentuk singa saja, ada ular, naga, anoman dan masih banyak yang lainnya.
Keunikan sisingaan
Dari faktor pembuatan, singa Depok di pahat lantas dibentuk menyerupai hewan buas gunakan kayu dan dihias gunakan gabus berwarna-warni ditambah aksen payung dan pijakan kaki untuk sanggup ditunggangi dan dipikul para penari.
Anak-anak yang menunggangi pun dirias oleh dukun rias sebelum saat pada akhirnya menaiki singa Depok. Rias nya pun terlampau menarik ada yang menggambarkan tokoh Gatotkaca dan Arjuna. Dengan kostum pendukung dan make up yang menyerupai. Bahkan penari dan para pengiring musikpun ikut gunakan kostum unik yang khas.
Baca juga: 6 Rekomendasi Tempat Wisata Tangerang
Pertunjukan
Biasanya orang hajatan menyewa lebih berasal dari lima singa Depok untuk acara khitanan. Walaupun yang dikhitan cuma satu orang kebanyakan para keponakan dan anak-anak inginkan naik untuk diarak bersama. Namun pada penduduk Sunda anak laki-laki dan anak perempuan harus menunggangi singa Depok berikut sebagai bukti kalau mereka sudah dikhitan dan diberkahi.
Cara bermain singa Depok adalah butuh empat orang untuk memikul singa Depok yang ditunggangi pemangku hajat atau yang dikhitan bersama diiringi musik gamelan khas Sunda yang konsisten dibunyikan agar pemikul menari bersama kaki dan badan. Lalu berkeliling kampung tanpa berhenti sampai kembali ke tempat tinggal pemangku hajat.
Kemudian sesudah arak-arakan keliling kampung, kebanyakan terkandung atraksi ekstrem yang dijalankan dalang bersama anak buahnya. Seperti atraksi debus, bermain arwah, sampai sulap. Masyarakat terlampau antusias sekali tiap-tiap kali ada singa Depok dan lihat sampai acara atraksi selesai.
Harga sewa hiburan kesenian ini sanggup terbilang mahal. Harga sewa kebanyakan juga secara keseluruhan atau satu panggung. Satu tunggangan Rp 500.000. Standar keseluruhan sewa sampai 15 juta sudah juga tunggangan, rombongan musik, penari, dan panggung.
“Dahulu cuma Rp 200.000 saja untuk satu tunggangan. Seiring berkembangnya zaman semakin bagus pula bentuk singa Depok saat ini membawa dampak harga semakin naik lebih-lebih sewa berasal dari luar kota. Tapi semahal apapun tidak apa-apa Kami senantiasa sanggup membayar terutama sesudah masa panen padi. Supaya kesenian ini senantiasa ada dan tidak punah bersamaan berkembangnya zaman”, tutur Karsim warga Desa Bongas.
Banyak makna yang terkandung dalam kesenian tradisional ini. Masyarakat Subang percaya bahwa mereka memiliki jiwa kesenian yang terlampau mendalam pada diri mereka. Dengan adanya kesenian ini yang konsisten bertahan sampai nanti sanggup menaikkan kesejahteraan kota Subang dan semakin banyak antusiasme yang terlihat berasal dari bermacam daerah.
Dalam kesenian ini juga tersirat makna spiritual yang terlampau dipercaya oleh penduduk Kota Subang.