Pesona Indonesia – Kalimantan Timur menjadi satu diantara propinsi yang mempunyai keunikan menarik dari sisi arsitektur. Satu diantaranya ialah rumah tradisi Kalimantan Timur yang mempunyai wujud unik, dan arti dan filosofis menarik.
Kalimantan Timur sebagai propinsi paling luas ke-2 di tanah air sesudah Papua. Warga propinsi selebar 194.489 km2 ini sebagian besar datang dari Suku Dayak.
Rumah yang memanjang memperlihatkan jika suku Dayak mempunyai adat kekerabatan, hingga rumah yang besar ini bisa ditempati oleh beberapa keluarga. Baca keterangan berkenaan beberapa kekhasan rumah tradisi Kalimantan Timur ini, seperti memakai kayu berkualitas ciri khas Kalimantan, berwujud rumah pentas, mempunyai penataan ruang yang fungsional, dan mempunyai keelokan yang penuh warna.
Lalu, apa mode rumah tradisi Kalimantan Timur, yang hendak jadi ibu-kota negara Indonesia ini? Baca di bawah ini.
Rumah Adat Kalimantan Timur
Jenis Jenis Rumah Tradisi Paser
Bangunan tradisionil Kalimantan Timur yang ke-2 ialah rumah tradisi dari Suku Paser. Semua sisi rumah ini dibuat dari kayu. Rumah Paser umumnya ditempati oleh 2 sampai 3 kepala keluarga, terbagi dalam anak menantu dan saudara ibu atau bapak.
Baca juga : Sejarah Kalimantan Timur
Rumah Paser dibangun di pinggir sungai, karena Suku Paser yakin jika sungai sebagai sumber kehidupan. Sungai bisa memberikan bermacam makanan untuk Suku Paser, seperti ikan dan kerang air tawar. Disamping itu, sumber makanan Suku Paser yang lain ialah buah-buahan, umbi-umbian, dan binatang buruan dari rimba.
Sama dengan Rumah Lamin, Rumah Paser sebagai rumah pentas. Atapnya miring ke segi kiri dan kanan, depan dan belakang dengan segi kemiringan 45°. Rumah Paser telah diperlengkapi dengan dinding. Tidak ada tambahan ruangan pembatas di dalam rumah ini, tapi telah diperlengkapi dengan pintu.
Tinggi Rumah Paser dari permukaan tanah ialah 2 mtr.. Atapnya dibuat dari daun nipah atau kulit pohon sungkai. Dalam pada itu, lantainya dibuat dari pohon niung atau bambu yang dibelah, selanjutnya dirajut dengan rotan dan anak kayu bulat. Rotan dipakai sebagai pengikat saat sebelum Suku Paser mengenali paku.
Rumah Tradisi Bulungan
Lokasi rumah tradisi Bulungan ada di kota Tanjung Kelor, Kalimantan Timur. Bangunan tempat tinggal tradisi ini berwujud resmi dan simetris hasil dampak jaman penjajahan.
Rumah tradisi Bulungan banyak mendapatkan dampak Melayu, loh. Ini dapat kelihatan dari pemakaian warna ceria seperti kuning, hijau, dan merah.
Umumnya, rumah tradisi ini mempunyai tiang penyanggah istimewa, yang menyokong sisi atap rumah berwujud 3 limas. Tiang ini sebagai wakil riwayat 3 kerajaan di Bulungan. Tidaklah aneh jika pada periode kerajaan, rumah tradisi Bulungan sering jadi tempat tatap muka kesultanan.
Ukir-pahatan di bagian limas segitiga memakai pola bunga dan tanaman sebagai deskripsi karakter warga di tempat.
Dampak Islam dalam aristektur rumah tradisi Bulungan juga kental. Satu diantaranya ialah ada beberapa ukir-pahatan berbahasa Arab yang kental.
Rumah Tradisi Betang
Rumah tradisi Kalimantan Timur ke-3 , Rumah Betang dapat dijumpai di Kalimantan Timur. Rumah Betang mempunyai kekhasan yakni memiliki bentuk seperti pentas tetapi dengan arsitektur rumah. Tertanam tiang kayu yang kuat asli dari Kalimantan dengan tinggi kayu rerata 5 mtr.. Bangunan Rumah Betang dibuat dari kayu yang kuat dan termasuk bertahan lama dan tidak mudah ringkih. Panjang Rumah Betang 100-150 mtr. dan mempunyai lebar capai sekitaran 50 mtr..
Rumah Tradisi Wahea
Suku Dayak Wahea atau Wahau sebagai salah satu suku yang menempati Teritori sungai Tlan dan Long Msaq Teng di daerah Wehea. Mereka tidak mengenali rumah tradisi lain, seperti rumah tradisi Lamin dan Betang.
Rumah tradisi namanya WAhea ini berwujud rumah pentas dengan jembatan sebagai penyambung antara sama-sama suku.
Biasanya, mereka memakai pasak kayu dan rotan untuk menyambung bangunan.