Daftar Slot Onlinejoker123esports indonesiaSBOBETpoker onlinesbobet88
Pesona Indonesia Tari Adat |

Tarian Babukung, Upacara Adat Kematian Suku Dayak Tomun di Kalteng

Tarian Babukung, Upacara Adat Kematian Suku Dayak Tomun di Kalteng – Bagi penduduk Dayak Tomun, Tarian Babukung bukan cuma sekedar pertunjukan seni. Tari Babukung merupakan produk seni asli nenek moyang yang tersedia di Bumi Kalimantan, yang membawa nilai historis bermuatan filosofis yang benar-benar tinggi. Terutama didalam pergumulan penduduk kebiasaan Dayak dengan penduduk kebiasaan Kaharingan terdahulu.

Tarian Babukung yang kembali difestivalkan untuk yang kelima kalinya ini. Sejatinya dilakukan ketika tersedia tidak benar satu kerabat pemeluk keyakinan Kaharingan meninggal dunia. Dan penduduk Dayak Tomun di Kabupaten Lamandau laksanakan Tradisi Babukung.

 

Tradisi menari dengan ciri khas penggunaan topeng yang didalam bahasa lokal disebut Luha. Topeng yang digunakan pada biasanya membawa pembawaan yang bermacam-macam. Misalnya saja pembawaan hewan layaknya burung, kelelawar, kupu-kupu, owa-owa, hingga hewan imajiner naga.

“Dalam pelaksanaannya Babukung dapat berjalan didalam saat yang berbeda-beda, terkait pada ketentuan keluarga duka. Uniknya hitungannya senantiasa ganjil, menjadi berasal dari 3 hari, 7 hari, 14 hari, dan 21 hari,” beber Kasi Tata Kelola Destinasi, Dinas Pariwisata Lamandau, Edmond Lamey, Selasa (17/9).

 

Disebutkannya, acara kebiasaan kematian suku Dayak yang banyak dikenal adalah Tiwah. Yang membedakannya adalah upacara Tiwah dilakukan sesudah mayat dikuburkan. Sedangkan tari Babukung dilakukan saat mayat disemayamkan atau sebelum saat mayat dikubur.

Baca juga: Tari Kecak Bali: Sejarah, Gerakan, dan Maknanya

Menurut Edmond, setidaknya tersedia dua pesan moral yang terkandung didalam aktivitas Babukung, yakni mengenai gotong-royong yang tercermin didalam dukungan material kepada keluarga korban yang ditinggal mati. Juga mengenai kesetiakawanan, yang dituangkan didalam bentuk menghibur mereka yang bersedih dengan tabuhan musik dan liukan tari.

Memang nyaris di tiap tiap acara kebiasaan Dayak erat kaitannya dengan seni, baik seni musik maupun tari. Namun, pada Tradisi Babukung sendiri tersedia tambahan pembeda yakni seni rupa topeng dan tata busana, bahkan tersedia pula unsur seni teater.

 

Memperhatikan kuantitas pemeluk keyakinan Kaharingan yang makin lama berkurang tiap tiap tahunnya, pasti dapat diprediksi dapat berkurang pula apresiasi pada seni-seni yang terkandung didalam tradisi Babukung tersebut.

“Langkah konkret yang dapat dilakukan sebagai usaha pelestarian dan peningkatan apresiasinya adalah dengan mengangkat kadar seni didalam Tradisi Babukung tadi jadi suguhan pertunjukan yang dapat dinikmati tidak cuma pada acara kematian saja,” ingin Edmond.

 

Untuk itulah melalui Pemerintah Kabupaten Lamandau, Festival Babukung digelar secara teratur di Nanga Bulik, Kabupaten Lamandau Kalimantan Tengah. Pada tahun 2019 ini kekayaan seni Babukung dituangkan didalam bermacam materi acara yang benar-benar menarik untuk dinikmati.

“Dalam festival Babukung tersedia karnaval topeng, pagelaran tari topeng, lomba menggambar dan mewarnai topeng, pentas musik etnik, workshop tari dan workshop ukir topeng, adventure trail, bazar/pameran produk UMKM, serta pertunjukan ritual kebiasaan Dayak yang tidak dapat anda temukan di daerah lain,” pungkas Edmond.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *